Menyaksikan Tragedi 30 September 1965 di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya – Museum lubang buaya dibangun dan diresmikan pada era pem...
Menyaksikan Tragedi
30 September 1965 di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya –
Museum lubang buaya dibangun dan diresmikan pada era pemerintahan
Presiden ke-2 Soeharto. Tujuannya untuk mengenang perjuangan para pahlawan
revolusi demi membebaskan Indonesia dari ancaman ideologi komunis.
Kompleks museum lubang buaya terdiri dari Monumen Pancasila
Sakti, Ruang Penyiksaan, Museum Pengkhianatan PKI, Dapur Umum PKI, Pos Komando
PKI, Museum Paseban, ruang teater serta Sumur Maut berkedalaman 12 meter dan
berdiameter 75 cm yaitu tempat dikuburnya ketujuh jenderal yang diculik PKI. Di
museum pengkhianatan PKI sebelum ruang diorama, terdapat ruang yang menampilkan
tiga mosaik, antara lain korban keganasan pemberontakan PKI di Madiun pada
1948, pengangkatan jenazah 7 pahlawan Revolusi di lubang buaya pada 4 Oktober
1965, dan Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa terhadap para tokoh PKI tahun
1966-1967.
Memasuki lorong diorama, ada salah satu diorama yang
dikerubungi pengunjung, yakni pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Diorama
tersebut mengisahkan saat Republik Indonesia sibuk menghadapi Belanda, PKI
melancarkan kampanye politik menyerang pemerintah, melakukan aksi teror,
mengadu domba angkatan bersenjata dan melakukan sabotase ekonomi.
Pada 18 September 1948 dini hari, PKI melakukan aksi
pembunuhan terhadap sejumlah tokoh militer, pejabat pemerintah, dan tokoh
masyarakat di Madiun. PKI kemudian mengumumkan berdirinya Soviet Republik
Indonesia serta pembentukan Pemerintah Front Nasional di Gedung Karesidenan
Madiun. Selain itu, di lokasi Monumen Pancasila terdapat sebuah rumah kecil
yang dikenal dengan nama Rumah Penyiksaan. Pada saat terjadinya pemberontakan,
rumah ini digunakan oleh pasukan G30S PKI sebagai tempat menawan dan menyiksa
para Jenderal, sebelum akhirnya dibunuh hingga dimasukkan ke dalam sumur maut.
Selanjutnya di museum Paseban, terdapat diorama tentang
peristiwa G30S PKI mulai dari rapat persiapan pemberontakan, penculikan para
Jenderal, dan tertembaknya Ade Irma Suryani Nasution yakni putri dari Jenderal
A.H Nasution ialah perwira tinggi target penculikan yang berhasil melarikan
diri. Melihat sejarah yang dikisahkan di museum ini, membuat tempat ini selalu
ramai pengunjung. Antara lain, murid-murid sekolah, masyarakat, maupun sanak
keluarga yang mengisi waktu luang demi mengedukasi putra-putrinya agar senantiasa
mengingat jasa perjuangan pahlawannya.
Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara
Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma,
sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini
Indonesia Indah.
Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan
tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir para
korban Gerakan 30 September 1965 (G30S).
Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua
sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para korban G30S. Sumur
tua itu berdiameter 75 Cm.
Kompleks Monumen
Monumen ini berdiri di atas lahan seluas 9 Hektar dan tediri
dari beberapa tempat yang bersejarah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), Sumur
Tua tempat membuang jenazah 7 Pahlawan Revolusi, Rumah Penyiksaan, Pos Komando,
Dapur Umum, Mobil-Mobil tua peninggalan Pahlawan Revolusi dan Museum Paseban.
Museum Pengkhianatan
PKI
Museum Pengkhianatan PKI menceritakan sejarah
pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara
Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada
pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September atau
G-30-S/PKI, diawal pintu masuk kita akan disambut dengan beberapa koleksi foto
Pemberontakan PKI, Pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan revolusi, dan beberapa
diorama yang menceritakan tentang Pemberontakan PKI di berbagai Daerah di
Indonesia.
Sumur Maut
Sumur Tua ini adalah tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi: –
Jend. Anumerta Ahmad Yani – Mayjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan –
Letjen. Anumerta M.T. Haryono – Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean –
Letjen. Anumerta Siswandono Parman – Letjen. Anumerta Suprapto – Mayjen. Anumerta
Sutoyo Siswomiharjo
Jenazah ke-7 pahlawan itu ditemukan di sebuah sumur tua yang
sekarang dinamai Lubang Buaya , di daerah Lubang Buaya , dekat lapangan terbang
Halim Perdanakusumah, Jakarta. Sedangkan jenazah Brigjen Katamso Dharmakusumo
dan Kol. Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan di Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain
itu, gugur pula AIP II Brimob Karel Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution,
putri dari Jend. A.H: Nasution.
Rumah Penyiksaan
Rumah Penyiksaan adalah tempat para Pahlawan Revolusi disiksa
untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung komunisme di Indonesia,
mereka disiksa seblum akhirnya dibunuh, ditempat ini ditampilkan diorama
penyiksaan 7 pahlawan Revolusi beserta kisah dimulainya Pemberontakan PKI,
dahulu tempat ini merupakan sebuah sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal
SD dan dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam para Pahlawan
Revolusi.
Pos Komando
Tempat ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya
bernama Haji Sueb. Tampat ini dipakai oleh pimpinan G/30S/PKI yaitu Letkol
Untung dalam rangka perencanaan Penculikan terhadap 7 Pahlawan Revolusi, di
dalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI
seperti : 3 buah Petromaks, Mesin Jahit, dan Lemari Kaca.
Dapur Umum
Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh
PKI sebagai dapur Umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh ini dipakai
sebagai tempat sarana konsumsi anggota G30S/PKI, oleh karaena itu Ibu Amroh
yang sehari-harinya berjualan Pakaian keliling meninggalkan rumah dalam keadaan
tidak terkunci dan diperintahkan oleh para anggota PKI untuk meninggalkan
rumahnya dalam keadaan terkunci, tetapi saat kembali ternyata rumahnya sudah
dalam keadaan berantakan, hanpir semua benda di rumah tersebut menghilang.
Museum Paseban
Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen Pahlawan
Revolusi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 1 Oktober 1981
bertepatan dengan Dwi Wndu Hari Kesaktian Pancasila, di dalam ruangan ini
terdapat beberapa diorama sebagai berikut:
- Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
- Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965)
- Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
- Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
- Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
- Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
- Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
- Pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden (12 Maret 1967)
- Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara
Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal
sebagai pemberontakan PKI Muso di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G
30 S PKI dalam bulan September 1965. Selain itu tempat ini juga terdapat Foto
ke 7 Pahlawan Revolusi, yang ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari
aslinya.
Dan adanya Ruang Relik yang merupakan tempat dipamerkannya
barang-barang, terutama pakaian yang mereka kenakan ketika mereka d culik, di
siksa, sampai akhirnya di bunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain
itu terdapat pula Aqualungsebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk
mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua.
Selain itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman
bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke Taman Makam
Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa putar rekaman ini kurang lebih 30 menit.
Dan terdapat Ruang pameran Foto yang menyajikan foto-foto pengangkatan Jenazah
Pahlawan Revolusi dan pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Letak Museum Lobang Buaya
- Jl. Raya Pd. Gede, RT.1/RW.2, Lubang Buaya, Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13810, Tepatnya Bisa di cek DISINI
Video Museum Lobang Buaya
Demikianlah Artikel mengenai Menyaksikan Tragedi 30
September 1965 di Lobang Buaya, semoga artikel ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi kita semua.[bp]