13 Tongkonan Yang Jadi Destinasi Wisata Terkenal di Toraja - Konon bentuk tongkonan menyerupai perahu kerajaan Cina jaman dahulu. Terik si...
13 Tongkonan Yang
Jadi Destinasi Wisata Terkenal di Toraja - Konon bentuk tongkonan menyerupai perahu
kerajaan Cina jaman dahulu. Terik sinar matahari terasa semakin menyengat mata
pada saat dipantulkan oleh papan berwarna merah yang menopang sebuah bangunan
dengan bentuknya bak perahu kerajaan cina, guratan pisau rajut merajut di atas
papan benwarna merah membentuk ukiran sebagai pertanda status sosial pemilik
bangunan, ditambah lagi oleh deretan tanduk kerbau yang terpasang/digantung di
depan rumah, semakin menambah keunikan bangunan yang terbuat dari kayu
tersebut. Bentuk bangunan unik yang dapat dijumpai dihampir setiap pekarangan
rumah masyarakat Toraja ini, lebih dikenal dengan sebutan nama Tongkonan. Konon
kata Tongkonan berasal dari istilah "tongkon" yang berarti duduk,
dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan
kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki
oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau
marga suku Tana Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai
beberapa fungsi, antara lain: pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan
peraturan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan
stabilisator sosial. Oleh karena
Tongkonan mempunyai kewajiban sosial dan budaya yang juga bertingkat-tingkat
dimasyarakat, maka dikenal beberapa jenis tongkonan, antara lain yaitu
Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pesio' Aluk, yaitu Tongkonan tempat menciptakan
dan menyusun aturan-aturan sosial keagamaan. Tongkonan Pekaindoran atau
Pekamberan atau Tongkonan kaparengngesan yaitu Tongkonan yang satu ini berfungsi
sebagai tempat pengurus atau pengatur pemerintahan adat, berdasarkan aturan
dari Tongkonan Pesio' Aluk. Tongkonan Batu A'riri yang berfungsi sebagai
tongkonan penunjang. Tongkonan ini yang mengatur dan berperan dalam membina
persatuan keluarga serta membina warisan tongkonan. Tongkonan merupakan
peninggalan yang harus dan selalu dilestarikan, hampir seluruh Tongkonan di
Tana Toraja sangat menarik untuk dikunjungi sehingga bisa mengetahui sejauh
mana adat istiadat masyarakat Toraja, serta banyak sudah Tongkonan yang menjadi
objek wisata.
1.Tongkonan Marimbunna
Tongkonan tersebut terletak dikelurahan Tikala, sekitar 6 Km
arah utara Rantepao. Marimbunna, merupakan nama dari orang pertama yang datang
di daerah ini. Mempunyai daya tarik berupa peninggalan-peninggalan Marimbunna,
yaitu: rumah sekaligus tempat mandi yang letaknya berada di atas karang, liang
batu yang proses pembuatannya dipahat dengan menggunakan kayu serta ada juga
kuburan Marimbunna yang diukir berbentuk perahu dan kerbau berdiri. Di sini kita
juga dapat menjumpai jasad Marinbunna, yang tinggal tulangnya saja namun
rambutnya tetap menempel di dahinya.
2.Benteng Batu
Benteng Batu adalah nama perkampungan asli orang Baruppu.
Perkampungan ini terletak di Kecamatan Rindingallo, dengan jarak kurang lebih
50 Km arah utara Rantepao, didaerah ini seluruh wilayahnya dikelilingi oleh
tebing. Sehingga otomatis keberadaannya terisolir dari dunia luar, untuk dapat
masuk ke daerah tersebut hanya bisa melewati satu jalan yakni sebuah lorong
batu yang memiliki daya tarik tersendiri. Tebing-tebing yang mengeliligi daerah
ini masing-masing diberi nama, antara lain: Tebing batu, Kavu Angin dan Benteng
Saji. Selain pemah dipakai untuk benteng pertahanan melawan Belanda, di
tebing-tebing tersebut, terdapat kuburan dalam bentuk liang pahat maupun gua
alam yang ada jasadnya. Pada setiap tahunnya, diadakan prosesi ritual
penggantian pakaian jenazah yang disebut dengan to'ma' nene.
3.Tongkonan Bate-Banbalu
Tongkonan Bate-Bambalu terletak di Kecamatan Sa'dan Balusu,
dengan jarak tempuh sekitar 2,5 Km arah timur Palopo. Didirikan sekitar abad X
Masehi dan merupakan tongkonan tertua di daerah tersebut. Didirikan oleh
seorang yang bernama Tanditonda, yang merupakan nenek moyang penduduk disana.
Mitos yang ada menyebutkan bahwa Tanditonda adalah orang yang kaya akan kerbau
dan gemar minum susu kerbau, hingga suatu saat susu-susu kerbaunya hilang
dicuri orang, yang ternyata kelak si pencuri itu menjadi istrinya. Sebelum
menikah dengan perempuan yang bernama Manurun Di Batara tersebut, mereka membuat
kesepakatan bahwa Tangditonda tidak boleh memukul istrinya. Namun suatu saat
janji itu dilanggarnya, istrinya yang sebenarnya dewa itu akhirnya
meninggalkannya menuju langit, jalan lewat pelangi, dengan meninggalkan rumah
tongkonannya, dan juga tenun yang belum selesai.
4.Tongkonan Siguntu'
Tongkonan Siguntu' terletak di Dusun Kadundung, Desa
Nonongan Kecamatan Sanggalangi'. Dengan jarak sekitar 5 Km dari kota Rantepao,
tongkonan yang unik ini dibangun oleh Pongtanditulaan. Keberadaannya yang di
atas sebuah bukit menyajikan pemandangan alam yang indah mempesona, dengan
dikelilingi hamparan sawah pada bagian timur serta tebing-tebing bukit Buntu
Tabang, dengan keberadaan seperti ini membuat tongkonan nampak megah serasi
bersatu dengan alam disekitarnya.
5.Tongkonan Lingkasaile-Beloraya
Tongkonan Lingkasaile adalah tongkonan yang pertama kali di
daerah ini. Dibangun di kawasan Desa Balusu, 14 Km dari Rantepao, pendirinya
bernama Takke Buku, keturunan Polo Padang dan Puang Gading. Tongkonan yang
sudah ditumbuhi tanaman paku diatapnya ini, masih menyimpan perabot rumah
tangga tempo dulu. Selain itu, tongkonan ini punya daya pikat khusus, yaitu di
percaya, bila kita lewat pasti ingin menolehnya kembali. Oieh karena itulah
tongkonan ini disebut dengan Lingkasaile-Beloraya, lingka sendiri berarti
langkah, sedangkan Beloraya berarti menoleh kembali. Takke Buku
memiliki/menyandang gelar Puang Takke Buku, beliau hidup kurang lebih pada abad
ke-10. Selain Tongkonan Lengkasaile yang dibangun, ia juga membuat kuburan Bagi
keluarganya yang disebut Liang Sanda Madao dan Rante Tendan yang digunakan
tempat upacara pemakaman.
6.Tongkonan Rantewai
Tongkonan Rantewai atau Tongkonan Ranteuai, ini dibangun
oleh sepasang suami istri bernama To welai Langi'na dan Tasik Rante Manurun.
Didirikan sekitar abad XVII, Tongkonan ini memiliki simbol kepemimpinan, yakni
tergambar pada patung kayu yang berbentuk "kepala naga" sebanyak
delapan buah. Pada tahun 1917, Seluruhpeninggalan mengenai bukti perjuangan
dalam mempertahankan tanah air bisa kita dapatkan di rumah adat Tongkonan
Kollo-kollo ini.
7.Tongkonan Penanian
Suatu nama yang manis, oleh karena "Penanian"
dalam bahasa Toraja, berarti sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang, untuk
dibaca dan dinyanyikan. Tongkonan ini terletak sekitar 14 Km arah timur kota
Rantepao. Tongkonan Penanian mempunyai daya tarik keindahan tersendiri. Dengan
menyajikan pemandangan serta tata letak deretan lumbung padi atau Alangsura'
yang berjajar rapi dan antik. Lumbung-lumbung padi ini dibangun oleh Kepala
Distrik Nanggala bernama Siambe Salurapa' yang juga sebelumnya sebagai pemangku
adat dalam daerah Nanggala dan sekitarnya.
8.Tongkonan Layuk Pattan
Tongkonan layuk pattan, terletak di desa ulusalu, sekitar 18
Km dari kota Makale. Di bawah kepemimpinan Ma'dika, pemimpin tertinggi desa
ini, para generasi maupun leluhur desa senantiasa melaksanakan upacara adat
rambu tuka' atau ma'bua' ditongkonan tersebut. Selain itu, tongkonan Layuk
Pattan juga berfungsi sebagai tempat musyawarah aluk atau adat, yang lebih
dikenal dengan istilah tondok panglisan aluk, tempat pemerintahan juga sebagai
tempat pengadilan adat. Tongkonan Layuk Pattan didirikan oleh Kala' pada
kira-kira abad XIV, beragam peninggalan sejarah yang dapat disaksikan disini.
Selain Tau-tau berjumlah 130 buah, tempat upacara adat Rante, monumen batu
menhir, juga barang pusaka lainnya seperti mawa', keris dan tombak. Desa ini
juga dilengkapi dengan sebuah Benteng yang kokoh, belum pernah terkalahkan oleh
musuh pada jaman dulu kala yaitu Benteng Boronan.
9.Perumahan Adat Palawa'
Syahdan, dahuiu kala ada seorang lelaki dari Gunung Sesean
bernama "Tomadao" berpetualang. Dalam petualangannya ia bertemu
dengan seorang gadis dari gunung Tibembeng bernama "Tallo' Mangka
Kalena". Mereka kemudian menikah dan bermukim disebelah timur "desa
Palawa" dan sekarang ini bernama Kulambu. Dari perkawinan ini lahir
seorang anak laki-laki bernama Datu Muane' yang kemudian menikahi seorang
wanita bernama Lai Rangri'. Kemudian mereka beranak pinak dan mendirikan sebuah
kampung yang sekaligus berfungsi sebagai Benteng Pertahanan. Ada sebuah tradisi
disaat peperangan terjadi antar kampung/musuh, jika ada lawan yang menyerang
dan bisa dikalahkan atau dibunuh, maka darahnya diminum dan dagingnya
dicincang, tradisi ini disebut Pa'lawak. Pada pertengahan abad XI, berdasarkan
musyawarah adat disepakati, mengganti nama Pa' lawak menjadi Palawa', sebagai
suatu kompleks perumahan adat. Dan bukan lagi daging manusia yang dimakan,
tetapi diganti dengan ayam dan disebut Palawa' manuk. Keturunan Datu Muane
secara berturut-turut membangun tongkonan di Palawa'. Sekarang ini terdapat 11
buah tongkonan (rumah adat) yang urutannya sebagai berikut (dihitung mulai dari
arah sebelah barat): 1. Tongkonan Salassa' dibangun oleh Salassa'; 2. Tongkonan
Buntu dibangun oleh Ne'Tatan3. Tongkonan Ne'Niro dibangun olek Patangke dan
Sampe Bungin4. Tongkonan Ne'Dane dibangun oleh Ne'Matasik5. Tongkonan Ne'Sapea
dibangun oleh Ne'Sapeah6. Tongkonan Katile dibangun oleh Ne'Pipe 7. Tongkonan Ne'Malle
dibangun oleh Ne'Malle 8. Tongkonan Sasana Budaya dibangun oleh Ne'Malle 9.
Tongkonan Bamba II dibangun oleh Patampang 10. Tongkonan Ne'Babu dibangun oleh
Ne'Babu' 11. Tongkonan Bamba I dibangun oleh Ne'Ta'pare. Tongkonan Palawa' juga
memiliki Rante yang disebut Rante Pa'padanunan dan Liang Tua (Kuburan Batu) di
Tiro Allo dan Kamandi, selain tongkonan juga dibangun lumbung atau alang sura'
tempat menyimpan padi.
10.Tongkonan Unnoni
Unnoni artinya, "Berbunyi dan bergabung keseluruh
penjuru". Nama ini membawa nama harum bagi keturunan leluhur dari
Tongkonan Unnoni, sebab beberapa turunan dari tongkonan ini menjadi Kepala
Distrik yang sekaligus dilantik sebagai puang (golongan bangsawan tertinggi),
di wilayah Sa'dan Balisu desa paling utara Tana Toraja. Puang, sekaligus
sebagai to Parengnge' yakni sebagai pemimpin adat dan pemimpin rakyat. Turunan
yang berasal dari tongkonan Unnoni antara lain ne' Tongongan, Puang ne'Menteng,
Puang Bulo', Puang Pong Sitemme', Puang Ponglabba, Puang Ne' Matandung dan
terakhir Puang Duma'Bulo' . Tongkonan Unnoni melahirkan atau erat hubunganya
dengan Tongkonan Belo' Sa'dan,Tongkonan Rea, Tongkonan Buntu Lobo' dan
Tongkonan Pambalan. Generasi Tongkonan Unnoni merupakan generasi yang pandai
menenun . Istri para pemimpin dari masing-masing Tongkonan inilah yang memiliki
ketrampilan menenun secara tradisional (tenun ukir). Cara menenun ini, oleh
istri pemimpin diajarkan pada rakyatnya, hingga sekarang dan dapat
dilestarikan. Proses menenun Tenun Paruki' inilah, yang dipertontonkan di
Tongkonan Unnoni, mulai dari cara merendam benang sampai bisa jadi selembar
kain tenun yang terukir cantik dan indah, dalam ukiran motif Toraja melalui
sembilan tahapan.
11.Tongkonan Layukna Galuga Dua dan Pertenunan Asli
Sangkombang.
Tongkonan Layukna Galuga Dua merupakan salah satu tongkonan yang
dijadikan pengadilan, selain digunakan untuk pengadilan terhadap pelanggaran
adat yang menjadi tanggung jawab To'Perengnge, juga merupakan pusat musyawarah
para pemimpin keluarga dari Tongkonan Galuga dua untuk menentukan suatu
rencana. Terletak sekitar 12 Km, arah utara dari Rantepao, Tongkonan Layukna
Puang Galuga Dua; ini dibangun pada tahun 1189 oleh kedua putra Galuga. Dari
kedua putranya ini, masing-masing membangun Tongkonan yaitu Tongkonan
Papabannu' dari putra pertama dan Banau Sura' dari putra keduanya. Tongkonan Layukna Galuga selain tongkonan
keluarga Galuga Dua juga merupakan pusat pertenunan dengan bebagai motif sesuai
dengan kebutuhan adat dan ciri khas budaya Toraja. Macam-macam motif tenunan
adalah: Tenunan Pamiring khusus untuk sarung perempuan,Tenunan Sappa khusus
untuk celana laki-laki, Tenunan Paramba' khusus untuk selimut, Tenunan Paruki'
khusus taplak meja dan dekorasi atau hiasan dinding, tenunan Lando khusus tombi
untuk pesta untuk pesta rambu solo' atau sapu randanan.
12.To'Barana Sa'Dan dan Pertenunan Asli Toraja
Sa'dan artinya air atau batang air, To'Barana artinya tempat
beringin atau pohon beringin, To' Barana merupakan tempat pengampunan
masyarakat Sa'dan dahulu kala apabila masyarakat menghadapi sesuatu kesulitan. Lokasi
To'Barana pada mulanya dibentuk oleh nenek moyang keluarga To Barana yang
bernama Langi' para'pak. Pada lokasi ini dijadikan perkampungan tongkonan to'.
Kemudian, tongkonan ini mengalami renovasi/dibaharui oleh leluhur To'Barana'
bernama Puang Pong Labba. Kira- kira dua abad yang lalu dan kemudian mengalami
renovasi lagi oleh keluarga Puang Pong Padati pada tahun 1959. Lokasi dan rumah
tongkonan yang diwariskan secara turun temurun kepada generasinya ini selain
sebagi tongkonan juga sebagi pusat pertenunan asli Toraja. Para wanita di sini
memiliki ketrampilan pandai menenun, karena sejak kecil telah diajarkan oleh
orang tuanya. Bahan baku dari bahan tenunan asli di Sa'dan adalah benang kapas
yang dipintal kemudian ditenun, seiring dengan perkembangan jaman saat ini
tenun sa'dan sudah mulai menciptakan bemacam-macam motif tenun.
13.Perumahan asli BALIK SALUALLO SANGNGALLA', Balik
Saluallo
Objek yang juga tidak ketinggalan memiliki beberapa keunggulan atau
keunikan tersendiri. Buburan sebagai tempat persembahan masyarakat Toraja yang
masih memeluk agama Aluk Todolo (Ancester believe) dilokasi ini untuk memohon
hujan pada saat musim kemarau dengan melakukan persembahan pemotongan hewan. Pata' Padang; sebagai tempat awal
bermusyawarah dan bermufakat bagi leluhur Toraja (pemimpin-pemimpin) dari
seluruh pelosok di daerah Tondok Lelongan Bulan Tana Matarik Allo (Tana Toraja)
untuk memutuskan/ menyatakan strategy melawan serangan dari luar daerah antara
lain dari Bone. Pemimpinnya adalah seorang yang pintar, bijaksana, gagah
berani, yang bernama "Tumbang Datu" sekilas pintas otobiografi dari
"Tumbang Datu", salah satu generasi dari Tongkonan balik yang
memiliki daya pikat tersendiri sebagai berikut: Tumbang Datu sebagai
koordinator dalam sejarah Topadatindo yang pernah mengatur strategy untuk
melawan musuh yang dating dari Bone. Dan Tumbang Datu selalu berhasil
mengalahkan lawannya. Temyata Tumbang Datu adalah salah seorang leluhur dari
Tongkonan Balik yang memiliki kharisma tersendiri. Kepandaiannya dapat
dibuktikan mengalahkan Datu Luwu beberapa kali dalam kompetisi-kompetisi
keterampilan seperti: mempertandingkan ayam. Ayam siapa yang paling banyak
berbunyi. Datu Luwu menyiapkan ayam jantan besar, yang hanya sekali-sekali
berbunyi. Sedang Tumbang Datu menyiapkan anak-anak ayam yang baru dipisahkan
dari induknya. Ternyata ayam dari Tumbang Datu lebih banyak berbunyi dan malah
berbunyi terus menerus sangat ramai. Jadi Datu Luwu' merasa kalah. Dan banyak
lagi, cerita yang unik yang bisa anda dengar dan terima dari objek wisata
Tongkonan Balik Saluallo, yang bemilai kejujuran dan keadilan.[bp]