Mewah!!! Upacara Pemakamam Paling Mahal Sedunia di Rembon Tana Toraja


Mewah!!! Upacara Pemakamam Paling Mahal Sedunia di Rembon Tana Toraja – Sahabat sekalian pada kesempatan kali ini Berakhir pekan akan share informasi mengenai Upacara rambu solo yang dilaksanakan di Kecamatan Rembon Kabupaten Tana Toraja. Pada upacara rambu solo ini dilaksanakan dengan mengubur 3 orang sekaligus, yakni almarhum Yusak Panggua, Lukas Panggua dan Fernamdus Rombe dilaksanakan dari tanggal 26 desember 2019 sampai tanggal 04 Februari 2020.
Tana Toraja adalah salah satu daerah yang paling populer di Sulawesi Selatan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi sejumlah wisatawan yang datang. Di daerah ini Sahabat dapat menikmati kebudayaan khas suku Toraja yang berada di pegunungan dengan kebudayaan khas Austronesia asli. Nuansa budaya yang kental, unik dan berbeda tersaji di Tana Toraja ini, seperti rumah adat Tongkonan, upacara pemakaman Rambu Solo, Pekuburan Batu Lemo, Pekuburan Bayi Kambira dan Pekuburan Gua Londa. Berdasarkan mitos, nenek moyang asli orang Toraja adalah orang yang turun langsung dari surga menggunakan tangga, di mana tangga ini berfungsi sebagai media komunikasi kepada Puang Matua.

Pertama kalinya nama “Toraja” diberikan oleh suku Bugis Sindenreng yang menyebutkan bahwa penduduk yang mendiami daerah ini sebagai “Riaja” yang memiliki makna orang yang tinggal di daerah pegunungan. Namun rakyat Luwu menyebut “Riajang” atau orang-orang yang bertempat tinggal di daerah Barat. Menurut versi lain, nama Toraja dari kata “Toraya” yang berarti (“Tau”: orang dan “Raya” atau “Maraya”: besar). Penggabungan dua kata ini artinya yakni “orang-orang hebat” atau “manusia mulia”, kemudian lebih sering dikenal dengan sebutan Toraja. Sementara kata “Tana” artinya daerah, yang akhirnya disatukan menjadi Tana Toraja.
Walaupun sekarang ini mayoritas penduduk Toraja banyak yang menganut agama Protestan atau Katolik, akan tetapi sejumlah tradisi leluhur dan upacara ritual tetap dipraktikkan. Penduduk Toraja menjadikan pemisahan antara upacara dan ritual secara jelas terkait kehidupan dan kematian.  Tana Toraja mempunyai upacara adat yang biasa dilakukan, yakni Rambu Solo. Upacara Rambu Solo merupakan sebuah upacara pemakaman. Pada Upacara Rambu Solo, penduduk Toraja percaya tanpa adanya upacara ritual ini maka arwah orang yang telah meninggal akan memberikan kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan. Upacara pemakaman Rambu Solo adalah serangkaian kegiatan yang rumit terkait ikatan adat dan tradisi setempat serta memerlukan biaya yang tidak sedikit. Persiapannya pun hingga berbulan-bulan. Selagi menunggu kesiapan upacara, jasad tersebut dibungkus menggunakan kain yang kemudian disimpan di dalam rumah leluhur atau tongkonan.
Biasanya puncak pemakaman Rambu Solo berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Di saat itulah orang Toraja yang sedang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk mengikuti serangkaian kegiatan ini. Selain itu, kunjungan sejumlah wisatawan lokal hingga mancanegara pun bisa ikut menyaksikan tradisi adat Toraja ini. Dalam kepercayaan penduduk Tana Toraja (Aluk To Dolo) memiliki prinsip semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka akan semakin cepat pula rohnya menuju ke Nirwana. Apabila dari kalangan bangsawan yang meninggal maka diharuskan memotong kerbau berjumlah 24-100 ekor sebagai Ma’tinggoro atau kurban. Bahkan ada yang memotong kerbau belang yang terkenal memiliki harga yang sangat mahal.
Penduduk Tana Toraja hidup dalam komunitas kecil, di mana mereka yang sudah menikah akan meninggalkan orang tuanya dan membangun kehidupan di tempat lain. Anak tersebut tetap mengikuti garis keturunan orang tua dan mendiami satu rumah adat yang disebut sebagai Tongkonan. Tongkonan ini nantinya dibagi berdasarkan tingkatan strata sosial yang berbeda sesuai peran dalam masyarakat.
Foto – Foto Rambu Solo di Rembon Tana Toraja
















































































































































































Video Rambu Solo di Rembon Tana Toraja