Pembangunan Awal Transportasi Kereta Api Rute Makassar – Takalar. Gagasan untuk membangun kereta api di Sulawesi pertama kali muncul setelah dilakukannya sebuah ekspedisi di Sulawesi pada akhir abad ke-19. Dari hasil ekspedisi tersebut, diketahui jika Sulawesi sangat baik untuk ditanam beberapa komoditi yang laku dijual seperti kopi, beras, dan kelapa. Guna memperlancar pengangkutan hasil panen tanaman-tanaman tersebut, perlu dibangun sarana dan prasarana pendukung seperti jalan, jembatan, dan juga jaringan kereta api. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan Sulawesi dan memancing para pemilik modal. Dalam Nederlandsch Indische Staatsspoor en Tramwegen (1921), dijelaskan jika penyelidikan awal pembangunan jaringan kereta api di Sulawesi sudah dilakukan pada tahun 1915. Namun hasilnya kurang maksimal, sehingga penyelidikan kembali dilanjutkan pada tahun 1917. Hasil dari penyelidikan tersebut adalah pembangunan jaringan kereta api dari Makassar ke Maros, kemudian diperpanjang melalui Tanete dan Marioriwawo untuk kemudian menuju ke Sengkang.
Rancangan awal jalur Makassar-Maros selesai dibuat pada
tahun 1918. Satu tahun kemudian giliran rancangan awal jalur MarosTanete yang
selesai. Pemerintah Hindia Belanda menyetujui rancangan awal tersebut. Penyelidikan
awal juga dilakukan untuk pembangunan jalur kereta api di wilayah Noordoost
pada 1920. Staats Spoorwegen, perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia
Belanda lalu membentuk Staatstramwegen op Celebes (STC) sebagai wakilnya untuk
mengurus segala hal yang berkaitan dengan kereta api di Sulawesi. Latar belakang
kehadiran transportasi kereta api rute Makassar – Takalar sesungguhnya bagian
dari upaya pemerintahan Hindia – Belanda untuk mengonektifitaskan atau
menghubungkan semua wilayah Sulawesi. Rencana awal untuk membangun rel kereta
api dimulai pada rute Makassar menuju Manado dan adapun yang dipercayakan
sebagai “kontraktor” untuk membangun rel kereta api tujuan Makassar menuju
Manado adalah Staatstramweg op Celebes. Rute awal yang rencananya akan dibangun
adalah Makassar menuju Maros.
Namun pada perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan rute
menjadi Makassar menuju Takalar disebabkan keadaan ekonomi dan politik saat
itu. Perubahan rute tersebut setidaknya memiliki
dua alasan yang fundamental: Pertama, daerah Takalar dan termasuk Gowa dikenal
sebagai salah satu daerah yang penghasilkan komoditi yang laku di pasaran saat
itu yakni :kopra (kelapa), gula (tebu), dan beras. Kedua, lahirnya rute kereta
api Makassar – Takalar juga merupakan bagian terpenting dari strategi militer Belanda
dalam menghadapi ancaman pemberontakan-pemberontakan yang terjadi, salah satunya
adalah gerakan I Tolok Dg Magassing. Sekadar catatan, Gerakan I Tolok Dg Magassing
merupakan gerakan perbanditan yang berpusat di daerah Polongbangkeng atau Takalar.
Gerakan ini sebenarnya berlangsung sejak 1914 – 1917 di mana pada masa tersebut
secara bersamaan dimulai pembangunan rel kereta api Makassar – Maros. Untuk
meredam gerakan tersebut, maka pembangunan rel kereta api yang awalnya menuju
Maros di belokan menuju Takalar. Perubahan rute ini merupakan bagian dari
strategi militer Belanda untuk memobilisasi serdadu atau tentara Belanda dalam
upaya meredam perlawanan atau gerakan I Tolok Dg. Magassing.
Jalur kereta api digunakan untuk mengangkut serdadu Belanda
dalam mempertahankan wilayah Hindia – Belanda, selain untuk mengangkut serdadu
yang akan mempertahankan wilayah, jalur kereta api juga digunakan untuk
pengiriman logistik militer. Seperti yang terjadi daerah Takalar, para bandit yang
dipimpin I Tolok berencana melakukan sabotase dengan jalan memasang dinamit
pada jalur kereta Belanda yang mengangkut barang dan hasil bumi dari Takalar
menuju kota Makassar. Dinamit hasil rampasan dari tentara Belanda ini dipasang
pada rel kereta di daerah Kalokko Boka. Ketika kereta menginjak dinamit, maka
dinamit langsung meledak dan kereta pun terbalik. Beberapa tentara Belanda yang
ada di dalamnya terluka, bahkan ada yang mati. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh
I Tolok untuk menyerang musuh yang sudah tak berdaya serta merampas harta dan senjatanya.
Seperti yang telah diulas sebelumnya, selain permasalahan
politk, latar belakang hadirnya kereta api rute Makassar – Takalar juga dikarenakan
alasan ekonomi. hal ini begitu berkaitan dengan kehadiran pelabuhan Makassar.
Proyek diawali dengan membangun jalur rel di sekitar pelabuhan dan sebuah
stasiun kecil dengan menggunakan gerbong dari pelabuhan Makassar. Lokomotif
yang akan dipakai rencananya juga akan diangkut secara khusus dengan kapal KPM
dari Jawa. Pembangunan jalur kereta api rute Makassar hingga Takalar sempat terganggu
dengan meletusnya Perang Dunia I antara tahun 1914-1918. Lalu, di kurun tahun
1920-1922, pembangunan jalur rel kereta api dilanjutkan dan berhasil menghubungkan
Makassar dengan Takalar. Bentangan rel kereta api dari MakassarTakalar sejauh
47 Km dengan lebar sepur 1067 Mm. Rute awal kereta ini secara resmi mulai
dioperasikan pada tanggal 1 Juli 1923. Sebelum pembangunan rel kereta dan pelabuhan
tersebut, telah dilakukan berbagai kajian dan studi kelayakan. Kajian tersebut kemudian
dituangkan dalam bentuk semacam buku panduan. Di dalam buku tersebut terdapat
satu bagian yang berjudul Waar Oceaan en Rail Elkaar Ontmoeten (di mana laut
dan rel bertemu). Di dalam bagian tersebut tercantum 31 rencana pembangunan jalur
kereta api Makassar – Manado. Upaya untuk menunjang kehadiran pelabuhan laut tersebut,
hal ini dapat dihubungkan dengan mobilisasi komoditi secara besar-besaran dari daerah
pedalaman yang kemudian diangkut dengan kereta api, muatan kereta api itulah terkoneksi
dengan pelabuhan. Jalur kereta api Makassar-Takalar ini dioperasikan oleh pemerintah.
Tercatat ada 7 buah lokomotif yang pernah dioperasikan di jalur ini. Semua lokomotif
tersebut buatan pabrik Cockerill, tipe Cn2, dengan nomer seri 24, 27, 31, 33, 36,
43, 44. Adapun nomer seri pabriknya adalah 1842, 1845, 1850, 1852, 1855, 1863, dan
1864. Semua lokomotif tersebut awalnya beroperasi di Jawa, terutama untuk
proyek Solo Valley Waterwerken.
Berdasarkan rujukan peta – peta lama, sepanjang jalur kereta
api Makassar – Takalar tercatat ada 20 lokasi pemberhentian resmi. Pemberhentian
tersebut terdiri dari 8 Halte (stasiun) dan 12 Stopplats (halte). Penggunaan istilah Halte - Stooplaats dan
nama dengan ejaan lama / Belanda mengacu keterangan pada peta. Sementara istilah
102 Stasiun - Halte dan nama dengan ejaan baru menyesuaikan situasi saat ini.
Daftar nama Halte dan Stooplaats pada jalur kereta api Makassar – Takalar
yaitu:
- Halte Pasar Boetoeng (Stasiun Pasar Butung)
- Stooplaats Makassar (Halte Makassar)
- Halte Schitjbergweg (Stasiun Saddang)
- Stooplaats Mamadjang (Halte Mamajang)
- Halte Djongaja (Stasiun Jongaya)
- Stooplaats Mallangkeré (Halte Mallangkeri)
- Halte Soenggoeminasa (Stasiun Sungguminasa)
- Stooplaats Tjambaja (Halte Cambaya)
- Stooplaats Kaloekoeang (Halte Kalukuang)
- Stooplaats Aengbatoe (Halte Aengbatu)
- Halte Limboeng (Stasiun Limbung)
- Stooplaats Ba’dok (Halte Ba’dok)
- Stooplaats Rappokaléléng (Halte Rappokaléléng)
- Halte Pallékok (Stasiun Palléko)
- Stooplaats Mannongkoki (Halte Mannongkoki)
- Stooplaats Bontomaté’né (Halte Bontomaté’né)
- Stooplaats Parikrisik (Halte Parikrisik)
- Halte Pattallasang (Stasiun Pattallasang)
- Stooplaats Pa’rasangaberu (Halte Pa’rasangaberoe)
- Halte Takalar (Stasiun Takalar).[bp]
Ikuti Kami di: