Sejarah Gedung Geraja Tua Rantepao – Dari Sinilah Penyebaran Injil Di Mulai

Sejarah Gedung Geraja Tua Rantepao – Dari Sinilah Penyebaran Injil Di Mulai - Pendirian gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao tidaklah terlepas dari nama orang yang membawa masuk ajaran dan Injil tersebut, A. A. van de Loosdrecht tiba di Rantepao pada 8 Mei 1914 bersama dengan istrinya Alida Petronella Sizoo dengan membawa ajaran Agama Kristen Protestan beraliran Calvinis. Reaksi yang ditunjukkan oleh masyarakat Toraja pada saat itu adalah menerima dengan baik. Setelah bekerja di Toraja selama tiga tahun, van de Loosdrecht kemudian menjadi martir pada 26 Juli 1917 dikarenakan serangan yang diterimanya dari Orang Toraja bernama buyang. Akibat dari pemikirannya yang berpendapat bahwa bangsawan Toraja dan budak memiliki posisi yang sama dan kesalahpahaman dari Orang Toraja bahwa zendeling dan Pemerintahan Belanda bekerja sama selama ini.

Setelah peristiwa ini, banyak zendeling yang datang ke Toraja, khususnya Zendeling van Dijk yaitu pendeta pertama Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao.  Pada tanggal 18 September 1935, gedung Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao resmi dimulai pembangunannya dengan pemasangan batu pertama oleh pendeta Resort Rantepao atau pendeta pertama Gereja Toraja Jemaat Rantepao saat itu, van Dijk. Setelah pembangunan tersebut pekerjaan penyebaran Injil dimulai secara mandiri dengan mengurapi tiga pendeta dari Toraja pada 26 Oktober 1941 yaitu, S.T. Lande, Yusuf Tappi dan Pieter Sangki Palisungan, dan kemudian mengurapi Y. Sumbung pada 15 Maret 1942.

Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao resmi berdiri secara mandiri pada Sidang Sinode Am di tahun 1947 dengan pendeta Toraja pertamanya S. T. Lande. Setelah itu diakui dan menjadi bagian lembaga PGI pada tahun 1950. Dalam tahun 1983-1984, telah didirikan cabang-cabang gereja guna memperluas pelayanan dan pada 31 Maret 1986 diurapilah pendeta perempuan pertama di Gereja Toraja Jemaat Rantepao yaitu Ibu D. M. Anggui. Sampai pada tahun 1998, gereja diancam untuk dihancurkan, oleh sebab itulah para pemuda kemudian berkumpul untuk mengamankan gereja. Pelayanan terhadap masyarakat tetap dilakukan dan pemeliharaan gereja terus ditingkatkan sampai pada tahun 2019.















Pelayanan terhadap peribadahan kemudian bukan hanya secara langsung melainkan juga melalui siaran radio. Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao dalam bidang sosial adalah melakukan pekerjaan diakonia yaitu pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu,Gereja Toraja Jemaat Rantepao Klasis Rantepao juga berperan pada pendirian beberapa sekolah seperti Huishoudschool/sekolah kepandaian poeteri tahun 1938 dan Kelompok Bermain/TK Talitakhum tahun 2007. Selain itu, ada juga program Posyandu Lansia yang mulai dilakukan tahun 2007.

Dalam bidang kebudayaan, dilaksanakannya upacara Rambu Solo dan Rambu Tuka yang menjadi pelayan untuk peribadahan dalam upacara tersebut. Selain itu, setiap panen akan diadakan ibadah perayaan panen yang menampilkan tari Pagellu dan Bahasa Toraja merupakan bagian dari ibadahnya Selain itu, penerjemahan Alkitab ke Bahasa Toraja yang selesai tahun 1960 diberi nama Sura Madatu. Selain itu, pelayanan keibadahan juga dilakukan melalui radio yaitu Radio Solideo setiap pagi sebelum memulai aktivitas.[bp]