Makam Kontrolir Belanda Yang Bernama Max Föhringer di Segeri Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia

Makam Kontrolir Belanda Yang Bernama Max Föhringer di Segeri Pangkep Sulawesi Selatan Indonesia – Berjumpa kembali dengan Berakhir Pekan pada kesempatan kali ini kita akan berbagi informasi mengenai Salah satu peninggalan Belanda di Indonesia tepatnya Kerkhof atau Kuburan Belanda di Santaria, Kampung Panaikang Kelurahan BontoMatene Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkajene dan kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan.

Menurut Informasi awal yang kami dapatkan, dulunya di tempat ini tepatnya di Santaria kampung panaikang adalah kerkhof atau pemakaman orang belanda, dibuktikan dengan adanya foto lama yang bersumber dari sumber belanda. Coba perhatikan Foto dibawah ini(Sumber Foto: TROPEN MUSEUM, 1894–1919 dan KITLV, 1895–1908):

Jika kita perhatikan foto diatas makan akan nampak kerkhof atau pemakaman orang Belanda, jadi bukan hanya 1 dua saja tapi ada beberapa. Selanjutnya kita lihat foto lama di bawah ini (Sumber Foto: TROPEN MUSEUM, 1894–1919 dan KITLV, 1895–1908):

Ada 2 makam Belanda tepatnya makam petinggi belanda yang di indentifikasi sebagai makam Max Föhringer dan Istrinya, dan informasi dari masyarakat setempat, Max Föhringer dan istrinya ini adalah korban pembunuhan, pembunuhnya belum diketahui. Tanggal kematian mereka adalah 12 Mei 1894.

Max Föhringer sendiri adalah seorang controleur, Kontrolir. Jabatan kontrolir pada jaman penjajahan hindia belanda bisa di jabarkan sebagai berikut: Kontrolir adalah sebuah jabatan pemerintahan yang pernah ada di Indonesia pada zaman Hindia Belanda. Dalam penyelenggaraannya, dibentuk sebuah jabatan fungsional di antara pemerintahan Belanda dan pribumi yang hanya dapat dijabat oleh orang kulit putih, yang sifatnya nonstruktural dan berfungsi sebagai penghubung antara pemerintah Belanda dengan pemerintah pribumi. Dalam pelaksanaannya, kontrolir dianggap sebagai koordinator pengawasan dari pemerintahan Belanda hingga ke tingkat paling rendah, di struktur pemerintahan Hindia Belanda. Di masing-masing kawedanan diangkat seorang pejabat sebagai kontrolir. Sedangkan di kecamatan, diangkat seorang asisten kontrolir.

Kembali ke Makam Belanda di Segeri, saat ini sewaktu kami mengunjungi makam tersebut, tersisa hanya 1 makam saja yang ada (makam utama, makam Max Föhringer) makam istrinya dan makam – makam lainnya sudah rata dengan tanah. Adapun makam Max Föhringer sudah tertimbun dengan tanah, dan berada pas didepan tangga rumah penduduk setempat, inskripsi makam pun sudah tidak ada lagi, yang tersisa hanya tugu makam yang di puncak tugu ada salib yang terbuat dari besi.











Kondisi makam yang merupakan penanda bahwa kita pernah dijajah telah terbengkalai, saran kami kepada pihak yang terkait atau pihak purbalaka, hendaknya merawat tinggalan sejarah ini.