Kisah Heroik I Yandulu Daeng Mangalle Di Siam - Pada masa itu, orang Makassar dipimpin oleh I Yandulu Daeng Mangalle , I Yandulu Daeng Mangalle adalah anak dari sultan hasanuddin dan adik kandung dari karaeng galesong, Daeng Mangalle yang tiba pada 1664 sebagai pelarian bersama 250 pengikut. Raja Phra Narai menampung Daeng Mangalle, seperti umumnya para bangsawan asal Makassar, mereka membuktikan kepiawaian sebagai prajurit profesional di Asia Tenggara. Kala itu banyak prajurit asal celebes bertugas di kerajaan ataupun kongsi dagang barat, termasuk Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC).
Sayang, Daeng Mangalle terlibat konflik
dengan Konstantin Hierarchy (ada yang menyebut sebagai Konstantin Fhaulkon),
seorang warga Yunani, mantan pegawai Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC)
yang menjadi penasihat Raja Phra Narai. Terjadilah pemberontakan Makassar pada
akhir 1686 antara koalisi Daeng Mangalle, pangeran lokal, pemukim Champa,
Melayu, dan Persia melawan pasukan Kerajaan Siam yang dibantu serdadu Eropa. Para
pemberontak itu khawatir akan diperbudak oleh raja yang merasa semakin kuat
dengan datangnya pasukan baru. Pada masa itu, perbudakan menjadi sesuatu yang
dilegalkan. Ketika menjadi budak, maka seseorang akan kehilangan kebebasan dan
kehormatannya. Raja Phra Narai mengetahui persekongkolan itu. Ia lalu meminta
Daeng Mangalle agar meminta maaf. Namun permintaan itu ditolak Daeng Mangalle.
Raja lalu memerintahkan Claude de Corbin
untuk mengepung orang Makassar. Pertempuran pertama dimulai ketika 40 orang
Makassar menghadapi ratusan serdadu Perancis dan Portugis. Corbin mencatat
bahwa orang Makassar tak mau kalah. Mereka menyerang dan mengejar pasukan
Perancis dan Portugis yang saat itu juga hendak membantai perempuan dan
anak-anak. Orang Makassar bertarung dengan keberanian tiada tara. Enam orang
Makassar menyerang pagoda dan membunuh beberapa prajurit serta biarawan di
sana.
Sebanyak 366 orang prajurit Perancis
ditewaskan oleh enam orang Makassar. Masih dalam catatan Corbin, pada tanggal
23 September 1686, Raja Siam memerintahkan serangan besar ke perkampungan orang
Makassar. Mereka hendak membumihanguskan kampung dan membunuh mereka. Warga
Makassar menghadapinya dengan semangat siri, keyakinan untuk membela kehormatan
sampai titik darah penghabisan. Pasukan Makassar akhirnya takluk. Daeng
Mangalle sendiri terluka lalu tewas akibat lima tusukan tombak, setelah
membunuh seorang menteri kerajaan, serta beberapa orang Inggris. Penduduk Siam
sangat mengagumi keberanian orang Makassar yang menghadapi ribuan tentara. Dengan
hanya 250 orang, orang Makassar telah menewaskan tentara sebanyak 1000 orang
Siam dan 17 warga asing.
Orang-orang Siam mencatat peristiwa itu
sebagai peristiwa heroik yang pernah mereka saksikan. Daeng Mangalle dikenang
sebagai orang hebat yang bertarung untuk membela kehormatan. Warga Siam lalu
mengabadikan Makassar sebagai nama salah satu distrik di Bangkok, kawasan yang
dahulu bernama Krung Thep.
Antropolog Perancis Christian Pelras dalam
majalah Archipel pada tahun 1997, menuturkan kisah lain seusai pembantaian
orang Makassar. Katanya, dua bangsawan muda Makassar yang tersisa di Siam lalu
dibawa ke Perancis pada masa pemerintahan Louis XIV. Dua orang itu lalu menjadi
anggota legiun pasukan Perancis. Mereka menjadi prajurit hebat. Seorang
diantaranya menjadi pasukan angkatan laut Perancis yang diberi gelar Louis
Dauphin Makassar. Ketika tewas, Raja Louis XIV memerintahkan agar ia dimakamkan
di tempat terhormat dalam Gereja Saint-Louis de Brest, barat laut Prancis.[bp]
Ikuti Kami di: