Ma’tinggoro Tedong atau Pemotongan Hewan Kerbau Dalam Ritual Rambu Solo

Ma’tinggoro Tedong atau Pemotongan Hewan Kerbau Dalam Ritual Rambu Solo – Sahabat Traveler, pada kesempatan kali ini Berakhirpekan akan share artikel mengenai salah satu prosesi dalam upacara Rambu Solo, yakni Ma’tinggoro Tedong atau pemotongan Hewan Kerbau Khas Toraja.

Ma'tinggoro tedong (Pemotongan kerbau dengan ciri khas masyarkat Toraja, yaitu dengan menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas), biasanya kerbau yang akan disembelih ditambatkan pada sebuah batu yang diberi nama Simbuang Batu. Kerbau Tedong Bonga adalah termasuk kelompok kerbau lumpur merupakan endemik spesies yang hanya terdapat di Tana Toraja. Ke-sulitan pembiakan dan kecenderungan untuk dipotong sebanyak-banyaknya pada upacara adat membuat (sumber daya genetika) asli itu terancam kelestariannya. Menjelang usainya Upacara Rambu Solo', keluarga mendiang diwajibkan mengucapkan syukur pada Sang Pencipta yang sekaligus menandakan selesainya upacara pemakaman upacara adat Rambu Solo' (upacara untuk pemakaman). setiap upacara kematian di Tana Toraja pihak keluarga dan kerabat almarhum berusaha untuk memberikan yang terbaik. Caranya adalah dengan membekali jiwa yang akan bepergian itu dengan pemotongan hewan-biasanya berupa kerbau dan babi-sebanyak mungkin. Para penganut kepercayaan Aluk Todolo percaya bahwa roh binatang yang ikut dikorbankan dalam upacara kematian tersebut akan mengikuti arwah orang yang meninggal dunia tadi menuju ke puya. Acara pemotongan kerbau ini merupakan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat tanah toraja.












Awalnya tradisi ma’ tinggoro merupakan tuntutan agama atau Aluk Todolo (Ajaran leluhur), tetapi setelah berjalannya waktu tradisi ini tidak lagi dimaknai sebagai tuntutan Aluk tetapi sebagai tatacara untuk  membagi kehidupan terhadap orang lain.











Acara ma’ tinggoro merupakan acara solidaritas yang dilakukan oleh warga toraja yang ada dikota bontang dimana tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat toraja. Dalam acara ini seluruh warga toraja bisa menikmati daging setelah selesainya acara ma’ tinggoro.
Orang toraja tidak mengenal yang namanya membagi-bagikan uang secara tunai, tetapi orang toraja selalu berbagi dalam bentuk daging,karena itu adalah bentuk solidaritas. Setiap upacara kematian di Tana Toraja pihak keluarga dan kerabat almarhum berusaha untuk memberikan yang terbaik. Caranya adalah dengan membekali jiwa yang akan bepergian itu dengan pemotongan hewan, biasanya berupa kerbau dan babi sebanyak mungkin.[bp]