Keunikan Suku Toraja di Sulawesi Selatan

Keunikan Suku Toraja di Sulawesi Selatan - Indonesia mempunyai  banyak sekali wisata yang menjadi daya tarik dunia, salah satuna wisata di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tana Toraja yang kini masih ditinggali oleh suku asli Toraja tetap mempertahankan ciri khas aslinya. Destinasi ini memang sangat menarik untuk dikunjungi, budayanya yang masih kental membuat magnet tersendiri bagi para wisatawan baik itu yang berasal dari dalam maupun luar negeri. 

Obyek wisata Tana Toraja merupakan perpaduan antara wisata budaya, alam dan sejarah. Karena kekayaan budayanya tersebut, maka pada tahun 2004 silam UNESCO memasukkan Tana Toraja dalam daftar sementara warisan budaya dunia. Kawasan Tana Toraja juga dikenal mempunyai  panorama alam yang masih terjaga keasriannya sebab hijau dan tanahnya subur makmur. Berbagai jenis tanaman dan pepohonan bisa dijumpai disini dan tumbuh menjulang dengan sangat suburnya. Tak heran jika sepanjang kawasan Tana Toraja pengunjung atau wisatawan akan mendapatkan suguhan pemandangan khas alam.

Masyarakat Tana Toraja sendiri banyak menggelar upacara adat yang didalamnya menyuguhkan berbagai tarian serta atraksi yang sangat menarik, dan bagi Anda pencinta seni pastinya tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Selain itu disini juga terdapat rumah adat yang sangat unik yang hanya ada di Tana Toraja. Memang bagi Anda yang baru mengunjungi Tana Toraja kesan mistis sangat terasa, tetapi dibalik itu semua pemandangan alam yang ada di Tana Toraja akan membuat Anda terhipnotis dan ingin berlama-lama menikmatinya. Menurut cerita legenda yang menyebar di masyarakat suku Toraja, leluhur dari suku toraja sendiri berasal dari manusia yang turun dari nirwana dengan menggunakan tangga dari langit menuju bumi. oleh karena itu mereka percaya bahwa tangga tersebut bisa berfungsi untuk media pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ( Puang Matua ).
Selain menawarkan sajian adat dan kebudayaan, wisatawan yang berkunjung tidak hanya menikmati upacara adat dan kehidupan sosial suku Toraja saja. Sebab berkunjung ke Tana Toraja juga menyajikan pesona berbagai obyek wisata yang populer dan bahkan mendunia. Kepopuleran Tana Toraja sendiri karena kehidupan suku aslinya, yakni suku Toraja yang masih mempertahankan gaya hidup yang khas. Gaya hidup Astronesia seperti yang terjadi pada masyarakat suku asli Nias, memang menjadi ciri khas kunjungan wisata kesini. Apalagi ditunjang pula oleh keberadaan obyek wisata yang sayang jika tidak disambangi karena indah sekaligus menarik.Nama Toraja berasal dari bahasa Bugis, yaitu “to riaja” yang mempunyai arti orang yang berdiam di negeri atas. Pada saat Indonesia dikuasai oleh Belanda yaitu di tahun 1909, Kolonial Belanda menyebut suku ini Suku Toraja. Suku ini terkenal dengan ritual pemakamannya, selain itu suku ini juga terkenal dengan ukiran kayunya dan rumah adatnya yaitu tongkonan. Sebelum abad ke 20, suku ini sama sekali belum tersentuh oleh dunia luar dan masih menganut keyakinan animisme. Saat itu suku ini masih tinggal di desa-desa otonom. Kedatangan Belanda di awal tahun 1900an mempunyai  tujuan untuk menyebarkan agama Kristen.
Seiring berjalannya waktu suku ini semakin terbuka terhadap dunia luar yaitu pada tahun 1970an. Setelah itu Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Sejak tahun 1990an masyarakat Toraja mengalami transformasi budaya. Masyarakat Toraja yang tadinya menganut keyakinan animisme sekarang sudah berganti menjadi masyarakat beragama Kristen. Suku Toraja ini terbilang cukup unik, maka dari itu banyak sekali wisatawan yang berkunjung kesana. Tidak hanya wisatawan lokal saja, tetapi ada juga wisatawan mancanegara yang mengunjungi suku Toraja. Untuk anda yang belum mengenal suku ini, berikut adalah beberapa keunikan dari suku Toraja:
Upacara Pemakaman Rambu Solo

Upacara ini merupakan ritual penting dan berbiaya mahal biasanya ritual ini berlangsung beberapa hari. Untuk upacara Pemakaman Rambu Solo Ini adalah upacara pemakaman yang hanya dapat diselenggarakan oleh para bangsawan saja. Semakin kaya seseorang maka biaya pemakaman akan semakin mahal. Tempat untuk prosesi pemakaman disebut rante, biasanya padang rumput yang luas digunakan sebagai tempat prosesi pemakaman. Upacara ini diiringi dengan suara seruling, nyanyian, puisi dan juga tangisan. Hal ini merupakan bentuk ekspresi yang dilakukan oleh para pelayat. Untuk melakukan ritual ini, biasanya menunggu sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak hari kematian. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan uang agar dapat melaksanakan upacara pemakaman Rambu Solo. Dalam masa pengumpulan uang, jenazah dibungkus menggunakan kain dan disimpan di bawah rumah tongkonan. Dalam pemakaman ini ada 3 cara pemakaman yaitu peti mati disimpan di dalam goa, dimakamkan di batu berukir, dan digantung di sebuah tebing. Jenazah para bangsawan biasanya dimakamkan di batu berukir. Makam batu berukir ini sangat mahal dan harus memesan terlebih dahulu.
Mempunyai  Berbagai Macam Kuburan
Wisata yang disuguhkan oleh Suku Toraja ini adalah tempat bernuansa mistis. Bagaimana tidak, tempat pemakaman di Toraja yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan. Pemakaman dalam goa, pemakaman gantung, pemakaman batu ukir dan pemakaman pohon ini menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
Rumah Adat Tongkonan
Rumah ini didirikan di atas tumpukan kayu dan rumah ini dihiasi dengan banyak ukiran warna merah, hitam dan kuning. Bentuk atap dari rumah ini menjulang ke depan dan ke belakang Pembangunan rumah ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, biasanya dalam pembangunan rumah ini akan dibantu oleh keluarga besar. Rumah tongkonan ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu tongkonan layuk, tongkonan pekamberan, tongkonan batu. Tongkonan layuk adalah rumah yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Tongkonan pekamberan adalah rumah milik anggota keluarga yang mempunyai  wewenang tertentu dalam tradisi Toraja. Sedangkan untuk tongkonan batu adalah rumah untuk anggota keluarga biasa.
Upacara Penggantian Baju Jenazah
Upacara ini biasa disebut Ma’Nene, dalam upacara ini terdapat ritual yang dapat dibilang menyeramkan. Bagaimana tidak, mayat yang sudah bertahun-tahun dikebumikan di tebing, goa atau di kuburan batu akan di keluarkan dari makam. Kemudian pakaian mayat tersebut akan diganti dan didandani layaknya orang biasa yang masih hidup.
Atraksi Adu Kaki “Sisemba”
Atraksi ini mungkin tidak akan anda temui selain di tanah Toraja. Sisemba adalah atraksi semacam tawuran, tetapi menggunakan kekuatan kaki. Acara sisemba ini biasa diadakan setelah panen raya, hal ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah ruah. Sisemba biasanya diikuti oleh puluhan bahkan ratusan peserta.
Adu Kerbau
Tradisi suku Toraja ini dalam bahasa Toraja disebut Ma’ Pasilaga Tedong atau Tedong Silaga. Tradisi adu kerbau ini sudah ada sejak zaman nenek moyang suku Toraja yang tetap dilestarikan sampai saat ini. Anda dapat melihat tradisi adu kerbau ini saat ada upacara Rambu Solo. Acara adu kerbau ini juga menjadi daya tarik para wisatawan, karena tradisi seperti ini hanya ada di Toraja. Adu kerbau merupakan acara yang sangat unik dan sangat meriah. Uniknya lagi kerbau-kerbau yang digunakan dalam tradisi ini diberi nama yang unik-unik.[bp]