Tongkonan Palawa’ Kampung Tertua Toraja Utara, Dahulu Pernah Ada Kanibalisme Disini

Tongkonan Palawa’ Kampung Tertua Toraja Utara, Dahulu Pernah Ada Kanibalisme Disini - Tempat wisata Toraja Utara kali ini merupakan kawasan desa yang bersejarah, tempat di mana rumah adat Tongkonan, rumah adat khas Sulawesi Selatan, yang paling tua di Toraja Utara dan masih terjaga hingga sekarang. Untuk mencapai ke sana, kamu harus menempuh perjalanan selama tujuh jam dari kota Makassar. Sesampainya di desa, kamu akan melihat lingkungan yang masih sangat asri, dengan atmosfer udara yang jauh lebih sejuk dari kota Makassar dan lokasi desa ini berada di wilayah perbukitan yang terjal.

Terdapat 11 rumah Tongkonan dengan alat penumbuk padi tradisional di desa ini. Pemilik aslinya tidak lagi menempati rumah ini, sebab ada keluarga yang membeli semua rumah adat yang ada di kampung dan warga asli desa tinggal di belakang rumah Tongkonan. Konon katanya rumah Tongkonan ini adalah saksi bisu kerasnya perang antar-desa.

Terletak di bagian utara Sulawesi Selatan, tepatnya di daerah Toraja Utara, dapat ditemui berbagai kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki komunitas adat setempat. Toraja Utara memiliki berbagai tradisi dan kebudayaan seperti rumah adat tongkonan, kubur batu, juga upacara-upacara adat. Salah satunya upacara adat kematian atau yang biasa disebut dengan rambu solok.











Dari pusat Kota Makassar menuju Toraja Utara, wisatawan harus menempuh jarak sekitar 350 km atau perjalanan darat selama 7 jam. Jika tidak mau berlama-lama di perjalanan, wisatawan bisa menggunakan jasa pesawat domestik. Bandara Sultan Hasanuddin sudah membuka penerbangan domestik menuju Toraja Utara. Dengan menggunakan jalur udara, perjalanan hanya menempuh waktu tidak lebih dari 1 jam.

Udara di Sulawesi Selatan terasa lebih dingin dibandingkan dengan Kota Makassar. Hal ini dikarenakan secara geografis Sulawesi Selatan berada di ketinggian dan dikelilingi pegunungan. Karenanya, tidak heran jika banyak wisatawan yang datang ke sini tidak hanya untuk melihat kekayaan tradisi masyarakat Toraja Utara. Mereka juga ingin merasakan kesejukan kawasan ini.

Di kawasan Rantepao, Sulawesi Selatan, terdapat sebuah desa adat yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang suku Toraja. Desa tersebut bernama Desa Palawa’. Konon, di desa ini terdapat tradisi kanibal. Jika terjadi perang antar desa, daging manusia yang menjadi korban perang akan dimakan dan darahnya akan diminum. Seiring berjalannya waktu, para tetua adat suku Toraja mengganti tradisi tersebut dengan memakan ayam – yang kini dikenal dengan nama Palawa’ manuk.

Di Desa Palawa’, terdapat 11 tongkongan. Setiap tongkongan memiliki lumbung bagi pada bagian atapnya. Atap rumah tersebut terbuat dari susunan bambu. Karena sudah berusia hingga ratusan tahun, bagian atap kini ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Sementara, bagian utama tongkonan terbuat dari kayu besi, yaitu kayu ringan tapi kuat. Pancang-pancangnya diberikan hiasan pahat dan didominasi oleh warna orange dan hitam. Pada rumah-rumah tertentu, terdapat berderet tanduk kerbau yang terpajang di bagian depannya. Tanduk kerbau tersebut merupakan simbol bahwa pemilik rumah adalah tuan yang sudah melakukan upacara rambu solo.

Selain tanduk kerbau, simbol pemilik tongkongan pernah melakukan rambu solok juga ditandai dengan dipajangnya tulang-tulang babi. Berbeda dengan kerbau yang dianggap sebagai binatang suci dan menjadi persembahan dalam rambu solok, babi yang dikorbankan pada upacara rambu solok hanya dimanfaatkan sebagai bahan makanan masyarakat yang mengikuti upacara.

Pada bagian yang lain, juga terdapat penjual pernak-pernik khas Toraja, seperti kain tenun, ukiran kayu, senjata, hingga kopi Toraja yang kenikmatannya tidak ada duanya. Berwisata ke Desa Palawa’ tentu menghadirkan sensasi tersendiri. Selain bisa menemukan hal-hal baru, berkunjung ke Toraja Utara juga bisa meningkatkan kecintaan kita akan kekayaan tradisi dan kebudayaan Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.[bp]