Jalur Pendakian Gunung Bawakaraeng 2.830 Mdpl Via Lembanna Malino

Jalur Pendakian Gunung Bawakaraeng 2.830 Mdpl Via Lembanna Malino - Untuk mencapai puncak, para pendaki akan melalui 10 pos (tempat persinggahan atau peristirahatan yang ditandai dengan sebuah tugu), dimulai dari pos 0 (nol) yang terletak di antara perkebunan dan pemukiman warga kaki gunung, Lingkungan Lembanna. Pos 0 (nol) ini merupakan sebuah tugu yang menunjukkan peta pendakian Gunung Bawakaraeng.

Lingkungan Lembanna menjadi titik persinggahan atau peristirahatan bagi para pendaki sebelum dan setelah melakukan aktivitas pendakian. Rumah-rumah warga Lembanna bertransformasi menjadi basecamp sebagai tempat untuk mempersiapkan pendakian. Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa jalur yang akan membawa para pendaki menuju puncak selain melalui Lingkungan Lembanna, akan tetapi hanya melalui jalur Lingkungan Lembannalah semua pos akan dilalui oleh para pendaki. Pada jalur yang melalui Kanreapia akan langsung mengantar pendaki menuju pos 5 dan pos 7, sama halnya jika melalui jalur Panaikang yang langsung menembus pos 7 dengan terlebih dahulu melalui Lembah Ramma, juga melalui jalur Tassoso di Sinjai yang akan membawa pendaki ke pos 9, maupun melalui jalur lintas pegunungan Lompobattang-Bawakaraeng.

Jalur Lembanna menjadi favorit sebab trek yang terbilang lebih mudah jika dibandingkan dengan trek pada jalur-jalur lain. Bagi para pendaki pemula, jalur Lembanna jauh lebih bersahabat untuk dilalui. 

Pendakian ke puncak Gunung Bawakaraeng dimulai dari memasuki daerah Malino Kota Bunga. Dari sana akan terlihat sajian apik keindahan dataran tinggi yang menampakkan apa-apa dari dataran rendah. Melanjutkan perjalanan kurang lebih 30 menit ke arah poros Sinjai dengan menggunakan sepeda motor, para pendaki akan tiba di Lingkungan Lembanna.

Pos 0 Lembanna

Setelah beristirahat sejenak, kemudian melakukan persiapan di basecamp (rumah warga), biasanya para pendaki akan berkumpul di pos 0 (nol) untuk melakukan ritual doa demi keselamatan dan kenyamanan saat pendakian. Ada juga pendaki yang tidak melalui pos 0 (nol), akan tetapi memilih jalur hutan pinus atau kompleks perkuburan yang berbatasan langsung dengan perkebunan warga. Hutan Pinus ini belakangan menjadi sebuah bumi perkemahan populer dan diganrungi oleh para penikmat alam yang meridukan kesejukan hutan di balik hiruk-pikuk kehidupan kota. Baik jalur Hutan Pinus maupun pos 0 (nol) sama-sama akan mengantar para pendaki bertemu dengan pos 1 setelah melewati persimpangan yang membedakan jalur menuju puncak dan jalur menuju Lembah Ramma.

Pos 1 Lembanna

Perjalanan dengan trek bebatuan yang bercampur tanah dengan aliran air sungai kecil menghiasi jalur menuju pos 1. Trek ini merupakan yang terpanjang dari semua trek yang ada dengan jarak 1760 meter dengan medan yang tidak sulit bahkan terbilang mudah untuk dilalui. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam, pos 1 akan nampak sebagai dataran terbuka.  Di pos 1 terdapat pula jalur yang menuju ke Lembah Ramma pada sisi kanan dan sisi kiri adalah jalur untuk melanjutkan perjalanan menuju pos 2.

Pos 2 Lembanna

Waktu tempuh dari pos 1 menuju pos 2 kurang lebih 30 menit dalam jarak 960 meter. Di pos 2 terdapat sumber mata air, jadi sangat cocok sebagai tempat beristirahat dan mengisi ulang botol air minum. Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dalam jarak 235 meter, sekaligus sebagai rute terpendek dari semua rute pendakian yang ada. 

Pos 3 Lembanna

Tiba di pos 3 yang berada pada 1835 MDPL, selain ditandai dengan tugu, sama seperti pospos yang lainnnya serta aliran sungai, juga ditandai dengan sebuah pohon besar yangmenjulang tinggi. Keberadaan pohon ini diselimuti oleh cerita mistis yang berkembang pada masyarakat kaki gunung maupun dikalangan para pendaki. Dikisahkan seorang perempuan cantik bernama Noni yang gemar mendaki Gunung Bawakaraeng. Jauh sebelum hobi mendaki gunung sangat pupuler dan banyak diminati oleh setiap lapis kalangan, hampir setiap minggu Noni mendaki bersama kekasihnya. Warga pun sangat mengenal mereka karena telah begitu sering berkunjung. Selain itu dia juga dikenal karena parasnya yang rupawan mirip Noni Belanda, serta dikenal sebab selain melakukan aktivitas pendakian juga melakukan aktivitas sosial di Lingkungan Lembanna. Dikemudian hari, oleh warga Noni didapati akan mendaki seorang diri untuk pertama kalinya. Setelah beberapa hari meninggalkan basecamp rumah warga, Noni yang seharusnya sudah kembali belum menunjukkan tanda-tanda kepulangan. Warga yang khawatir pun segera menyusul dan mencari Noni. Sayangnya, saat ditemukan Noni sudah tak bernyawa sebab menggantung dirinya di sebuah pohon besar di pos 3 Gunung Bawakaraeng. Belakangan diketahui warga bahwa Noni bunuh diri sebab patah hati oleh kekasihnya yang menduakan dirinya. Tak ada yang menyebutkan kapan tepatnya kejadian bunuh diri Noni berlangsung. Warga kaki gunung hanya mengatakan bahwa kejadian ini sudah sangat lama. Kebanyakan para pendaki tidak cukup berani melepas penat di pos 3 karena khawatir akan diganggu oleh Noni. Mereka lebih memilih melanjutkan perjalanan menuju pos 4 setelah mengisi ulang tumbler air minum di aliran air sungai yang terdapat di pos 3. Perjalanan dari pos 0 (nol) hingga pos 3 tidak terlalu sulit dilalui. Jalur belum terlalu menanjak dan terjal. Pohon-pohon yang berjajar juga tidak terlalu rapat, sehingga jalur lebih mudah untuk dilihat meskipun ada banyak percabangan jalur yang dapat membingungkan para pendaki.

Pos 4 Lembanna

Lepas dari pos 3, pada perjalanan menuju pos 4 pohon-pohon perlahan terlihat seakan merapat pada jalur. Langit sudah tidak jelas terlihat karena pohon-pohon berdaun rimbun menjulang tinggi seakan dibentangkan turun dari langit. Pada jalur ini, para pendaki akan melihat jajaran pohon yang ditumbuhi oleh jamur berwarna putih pada batangnya, pemandangan indah khas hutan yang hanya akan didapati pada jalur ini. Kondisi trek mulai menanjak, perjalanan akan menguras tenaga dan menyesakkan nafas. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit dalam jarak 750 meter, pendaki akan tiba di pos 4. Para pendaki biasanya akan beristirahat sejenak di pos 4. Lokasi  ini juga ditandai dengan sebuah kuburan tua. Tidak ada yang tahu pasti empu dari pusara tersebut. Hanya saja setiap melakukan pendakian, seakan tidak sah ketika tidak singgah menziarahi serta mendoakan jazad yang bersemayam di dalam kuburan tersebut. Selain berziarah dan berdoa, ada satu keunikan khas pada peristirahatan ini, yaitu para pendaki menaruh rokok hingga memenuhi batu penanda kuburan tersebut demi menghormati jazad yang bersemayam di dalamnya. Sebenarnya kebiasaan menaruh rokok ini tidak dilakukan hanya untuk kuburan yang berada di pos 4 ini saja, akan tetapi ada juga sebagian pendaki yang memberi perlakuan sama pada setiap tugu-tugu yang menandakan pos dan atau prasasti-prasasti yang ada di kawasan Gunung Bawakaraeng.

Pos 5 Lembanna

Selesai dengan perziarahan dan pemulihan tenaga di pos 4, perjalanan menuju pos 5 tidak kalah menantang. Melalui trek yang cukup terjal, menanjak, dan hanya sedikit jalur bonus (baca: jalur landai), estimasi waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pos 5 kurang lebih 45 menit dalam jarak 988 meter. Pos 5 adalah dataran landai yang luas dan terbuka dengan sedikit pohon. Oleh, karena itu pos ini dijadikan salah satu pilihan lokasi camp bagi para pendaki. Selain menjadi pilihan camping ground karena kondisi landai yang luas, di sisi kiri pos 5 kurang lebih 50 meter dengan jalan menurun juga terdapat mata air. Biasanya para pendaki bermalam di pos ini sebelum melanjutkan pendakian keesokan harinya, walaupun sebagian juga hanya singgah sekedar mengisi perbekalan air dan memulihkan tenaga. Jika sedang beruntung mendapatkan cuaca terang dan tak berkabut pada malam hari, lokasi ini memanjakan mata dengan paduan taburan bintang di langit serta kerlap lampu-lampu di perkotaan.

Pos 6 Lembanna

Pendakian dilanjutkan menuju pos 6 dengan jarak 910 meter. Di jalur ini cukup terbuka dari pohon-pohon serta terhampar batu-batu besar yang menjadi pijakan. Selain medan menanjak dan cukup menguras tenaga, untuk melalui trek ini haruslah berhati-hati dan fokus karena jalur yang tidak terlalu jelas serta terdapat banyak percabangan jalur yang akan membingungkan pendaki. 

Pos 7 Lembanna

Perjalanan terus menanjak hingga pos 7 dengan jarak 590 meter. Pada pos 7 yang dikenal sebagai kloning dari puncak, karena spot pemandangan dari pos ini menyerupai puncak. Lokasi ini terbuka dari pepohonan dan terhampar batu-batu besar yang tertanam kuat seakan telah mengakar di dalam tanah. Jika tak berkabut, pemandangan di pos ini layaknya negeri di atas awan. Selain pos 5, pos 7 juga merupakan salah satu pilihan untuk bermalam, sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak.

Pos 8 Lembanna

Puas dengan pemandangan indah khas pos 7, perjalanan menuju pos 8 lebih menantang dalam jarak 1390 meter. Berjalan di pinggir jurang dengan trek yang naik turun dan terjal, jika tidak berhati-hati bisa tergelincir dan jatuh di jurang. Jalur ini merupakan sisa longsor yang terjadi tahun 2004 silam. Menurut teman-teman pendaki yang telah melakukan pendakian di Gunung Bawakaraeng, jalur antara pos 7-8 pun sebaliknya merupakan trek yang paling ekstrim saat di lalui. Di beberapa titik jalur juga terdapat prasasti-prasasti yang menandakan dan mengenang bahwa seseorang

Pos 8 Lembanna

Pos 8 menampakkan rupa eksotik khas alam.  pada pos ini terdapat sebuah lokasi yang dikenal dengan nama Telaga Bidadari. Telaga ini terbuka dari pohon-pohon, akan tetapi diapit oleh hutan pos 8 dan hutan lebat menuju ke pos 9. Disebut Telaga Bidadari, sebab menurut cerita telaga ini adalah tempat mandi para bidadari dari kahyangan. Di lokasi ini para pendaki biasanya beristirahat dan menikmati suasana telaga dengan hikmat ditemani seduhan kopi. Lepas dari keelokan Telaga Bidadari, perjalanan akan terus menanjak hingga puncak. Perjalanan melintasi hutan akan mengantar para pendaki memasuki pos 9 dengan jarak 430 meter. Sebelum mendapati pos 9, di sisi kiri jalur terdapat percabangan jalur yang menembus daerah Tassoso, Sinjai. 

Pos 9 Umum

Pada pos ini juga terdapat mata air, jika berjalan kurang lebih 20 meter ke sebelah kiri jalur untuk menambah perbekalan sebab perjalanan menuju pos 10 masih panjang dan akan sangat melelahkan dengan jarak 550 meter. Meninggalkan pos 9, jalur terus menanjak dan ekstrim. Perjalanan menuju pos 10 ini cukup terbuka, batu-batu besar menjadi pijakan di pinggir jurang. Pada jalur ini para pendaki juga harus lebih berhati-hati agar tidak tergelincir di jurang, kerap kali pendaki harus merangkak untuk melalui medan ini. Sepanjang perjalanan para pendaki akan melihat bunga khas gunung, bunga yang melambangkan keabadian: Edelweis. 

Pos 10 Umum

Memasuki pos 10 ditandai dengan kondisi pohon-pohon yang rapat dan tanah yang landai. Di tanah yang landai ini para pendaki membangun tenda. Puncak berada kurang lebih 50 meter di atas lokasi camp.

Puncak Bawakaraeng 

Puncak ditandai dengan tugu atau biasa disebut triangulasi oleh para pendaki. Triangulasi ini adalah titik tertinggi Gunung Bawakaraeng. Bagi para pendaki, dapat menyentuh triangulasi adalah sebuah kebanggaan tersendiri, kerena telah berhasil mengalahkan rasa lelah yang timbul dari perjalanan panjang, ekstrim, dan melelahkan.